https://rentalmobiltegal.com/ritual-kebo-keboan1603-2/
Ritual Kebo-keboan merupakan tradisi yang dilakukan oleh para petani di Banyumas. Tidak hanya keindahan alamnya, Kabupaten Banyumas juga dikenal dengan kekayaan adat istiadatnya. Salah satu adat istiadat yang unik adalah ritual Kebo-keboan, yaitu pertunjukan seni peran yang sarat akan nilai-nilai spiritual dan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang diperoleh. Nama Kebo-keboan sendiri secara harfiah berarti “kerbau tiruan”, karena para pemainnya berpakaian dan bertingkah seperti kerbau.
Asal Mula Ritual Kebo-keboan
Tradisi Kebo-keboan telah diwariskan turun-temurun sejak abad ke-18. Tradisi ini berasal dari masyarakat Osing yang tinggal di Desa Alasmalang. Konon, tradisi ini bermula saat desa tersebut dilanda wabah penyakit yang diyakini bersumber dari kekuatan gaib. Wabah tersebut tidak hanya menyerang penduduk desa, tetapi juga tanaman pangan, karena hama yang mengancam panen mereka.
Dahulu kala, petani mengalami gagal panen secara bersamaan. Akibatnya, persediaan beras menjadi sangat langka, dan banyak warga yang jatuh sakit hingga meninggal. Dalam situasi kritis tersebut, seorang tetua desa bernama Mbah Karti memutuskan untuk melakukan semedi untuk memohon petunjuk. Setelah mendapat petunjuk, Mbah Karti mengarahkan warga desa untuk menggelar syukuran besar-besaran. Dalam ritual tersebut, para petani diminta untuk berperan sebagai kerbau sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, dewi yang melambangkan kemakmuran dan keselamatan. Keajaiban pun terjadi seusai syukuran, wabah penyakit dan serangan hama pada tanaman pangan tiba-tiba menghilang.
Di Desa Aliyan, tokoh yang mendapat bimbingan serupa adalah Mbah Wongso Kenongo dan putranya, Joko Pekik. Setelah bersemedi, Joko Pekik menunjukkan perilaku yang tidak biasa, yakni menirukan perilaku kerbau saat berguling-guling di sawah. Meski tampak aneh, ternyata hama dan penyakit pun menghilang. Tak lama kemudian, panen pun melimpah dan warga desa kembali sejahtera.
Mengapa Kerbau dan Bukan Sapi?
Kerbau dipilih karena jasanya yang besar dalam membantu petani setiap hari. Kekuatannya lebih besar daripada sapi, itulah sebabnya kerbau banyak dipilih untuk membantu membajak sawah. Petani tidak akan bisa bekerja tanpa bantuan kerbau, jadi ritual Kebo-keboan juga merupakan ungkapan rasa terima kasih.
Kebo-keboan in Various Villages
Saat ini, hanya ada dua desa di Kabupaten Banyumas yang masih melaksanakan tradisi kebo-keboan, yakni Desa Alasmalang dan Desa Aliyan. Tujuannya pun masih sama, yakni sebagai ungkapan rasa syukur dan mengusir hama.
Implementation of Kebo-keboan Ritual
Sesuai dengan tahapan di masing-masing desa, biasanya warga setempat akan mengadakan acara bersih-bersih sebelum kebo-keboan dimulai. Kemudian sehari sebelumnya, para wanita berkumpul untuk menyiapkan sesaji yang terdiri dari tumpeng, kinang ayu, ingkung ayam, kendi air, untuk diletakkan di setiap sudut perempatan jalan.
Peralatan upacara, yaitu pacul, padi, benih padi, tanaman pangan, dan tebu juga disiapkan oleh para pemuda. Petani juga menyiapkan bendungan untuk mengairi padi yang akan ditanam saat upacara kebo-keboan.
Keesokan harinya, pada pagi hari, diadakan doa bersama sebelum acara dimulai. Para keboan (pemeran kebo-keboan) tampil dengan tubuh hitam berlumuran minyak, bertanduk, memakai rambut palsu, dan ada pula yang membawa bajak. Mereka ditemani oleh seorang wanita cantik yang berperan sebagai Dewi Sri dan diarak keliling desa, namun karena sebagian besar keboan dalam keadaan tidak sadarkan diri, atau kesurupan dalam perjalanan, maka para keboan akan bergerak ke sana kemari dan bahkan menyerang orang.
Saat menemukan kubangan lumpur, keboan biasanya langsung berguling-guling di lumpur dan memercikkan lumpur ke segala arah. Aktivitas ini berlangsung cukup lama tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Namun, jika keboan sudah sangat lelah hingga terjatuh, pihak keluarga akan segera menyadarkannya dengan cara memercikkan air sebelum membawanya pulang.
Saat keboan sedang berputar-putar, Dewi Sri membagikan benih padi kepada para petani untuk segera ditanam. Para petani berebut untuk mendapatkan benih tersebut, karena dipercaya benih yang diperoleh dari upacara ini akan membawa berkah, sehingga akan tumbuh subur dan menghasilkan panen yang melimpah.
Setelah upacara selesai, seluruh peserta kembali ke rumah masing-masing sambil membawa benih padi yang telah dibagikan. Malam harinya, digelar pagelaran wayang kulit yang menceritakan kisah Dewi Sri , sebagai bentuk hiburan bagi warga yang telah mengikuti pelaksanaan upacara kebo-keboan.
Pentingnya Pelaksanaan Kebo-keboan
Kebo-keboan memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya daerah di Kabupaten Banyumas. Tradisi ini melambangkan kekuatan, penghormatan kepada roh leluhur, kepercayaan terhadap dunia spiritual, dan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Kebo-keboan juga menarik wisatawan yang tertarik untuk mengenal dan merasakan budaya khas daerah ini. Melalui kebo-keboan, masyarakat di daerah ini tidak hanya memperkuat identitas budayanya, tetapi juga melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.